foto ilustrasi
Aku berbicara dalam sunyi malam ini, dimana hanya langit yang memperhatikan hatiku yang hancur
Aku terluka dan dalam kesepian, duka ini membisiki kekosongan yang ada dalam diriku. Barangkali, hanya suara hatiku yang bisa mendengar doa-doa yang terucapkan, dan itulah alasan aku mencoba meluapkan kepedihan hingga menjadi sebuah naskah ini.
Ditulis Oleh ; Tipoe Sultan
Aku ingin menceritakan tentang kesepian, duka yang tak terucapkan. Segalanya terasa begitu pelik ketika orang-orang di sekitarku tak pernah tahu bagaimana hatiku berteriak dalam kesunyian. Mereka terbiasa melihatku tersenyum, memperlakukan diriku seolah-olah tak ada yang salah, tapi di dalam, aku patah.
Dalam masa kesendirianku, aku tidak sendiri. Kesepianku menjadi teman yang setia dan duka ini melekat pada setiap napas yang kuhembuskan. Aku menghela napas panjang dan mencoba memikirkan alasan di balik ketidakhadiran cahaya di mataku. Tapi tak perlulah mencari jawaban, dunia luar tidak akan mampu mengerti rahasia di balik setiap tetesan air mataku.
Kesepian itu seperti sebuah kehampaan tak terukur yang hanya dirasakan oleh aku. Dalam keramaian, keping-keping hati ini menggelegak dalam kesendirian. Sedangkan di malam sunyi ini, hatiku semakin terketuk oleh dinding singgahnya kesepian. Terkadang, aku merasa ingin berteriak, menjadi abu-abu teriakan yang tak didengar siapa pun.
Namun, aku bertahan dengan impian yang kuat untuk menemukan cahaya di tengah kesuraman ini. Aku percaya, akan ada jalan keluar dari gelap yang menatap lurus ke dalam jiwaku yang hancur. Aku ingin mampu melepaskan diri dari abu-abu kesepian ini, merasakan sentuhan kehangatan, dan mendengar suara tawa yang mengalun indah.
Kesendirian mengajarkan aku untuk belajar memahami diriku sendiri. Aku mencari kedamaian dalam kesepian, mendalami kehidupan di hatiku sendiri. Aku belajar menerima keadaan bahwa di bumi ini tak semua orang memiliki kebahagiaan yang sama. Setiap orang memiliki rahasia di dalam hatinya, tak terkecuali aku.
Aku ingin mengenang setiap bayang-bayang kesepian yang pernah menemaniku. Karena dari sana, aku belajar menjadi sosok yang tegar dan kuat. Duka yang tak terucapkan ini mengajarkan aku arti kedalaman emosi dan mengasah ketabahan yang terpendam dalam diriku.
Pada akhirnya, kita semua memiliki masa-masa kesepian dalam hidup ini. Namun, jangan biarkan kesepian menjatuhkanmu. Biarlah duka itu meresapi luka yang ada, karena hanya melalui kepedihan itulah kita bisa tumbuh menjadi sosok yang lebih kuat. Kota yang paling gelap di malam hari, dapat menunjukkan sinar terang terindah saat matahari terbit.
Jadi, biarkanlah kesepian menjadi guru yang mengajarimu banyak hal. Jadikan duka yang tak terucapkan sebagai pena yang menulis kehidupanmu yang penuh warna. Teruslah bergerak maju dengan penuh harapan, karena akhir dari kesepian hanyalah awal dari kebahagiaan yang tulus.(*)
Tinggalkan Balasan