Hari itu, aku pulang kampung setelah 10 tahun meninggalkan desaku yang tercinta. Aku tidak menyangka akan kembali ke kotaku yang terlihat secantik ini. Begitu banyak perubahan yang terjadi, tapi kesan masa kecilku masih begitu terasa.

Laporan: Esri Utami Sidal

KOTA kecil ini dulu hanya sebatas pasar tradisional yang ramai pada pagi dan sore hari. Namun, sekarang telah menjadi kota kecil yang modern dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Jalan-jalan yang dulu sempit dan berlubang sekarang mulus dan lebar, dilengkapi dengan lampu-lampu jalan yang terang benderang. Tak kusangka, kotaku bisa berubah seindah ini.

Ketika aku tiba di rumah orang tua, suasana terasa sangat berbeda. Semua keluargaku berkumpul, bahkan saudara-saudaraku yang biasanya sibuk dengan urusan masing-masing datang berkunjung. Mereka merayakanku dengan penuh sukacita, seolah-olah aku adalah tamu yang istimewa.

Orang tua dan adik-adikku tampak bahagia melihatku kembali. Ibu menatapku dengan mata berkaca-kaca sambil memelukku erat. Aku merasakan kehangatan yang selama ini kutinggalkan dari rumah ini. Terdengar suara-suara riuh rendah dari kerabat-kerabat yang berkumpul di rumah, menikmati sajian makanan yang sudah tersedia.

Di malam hari, aku keluar rumah dan berjalan-jalan menyusuri jalan-jalan kotaku yang baru. Aku melihat banyak tempat yang dulu tak pernah ada. Ada toko-toko yang menjual barang-barang modern, restoran-restoran yang menawarkan hidangan yang bervariasi, dan tempat-tempat hiburan yang begitu menarik perhatian. Suasananya begitu hidup dan berbeda dengan masa kecilku.

Aku terus berjalan, menelusuri jalan-jalan yang bekas dulu pernah kutapaki. Aku tersenyum melihat tempat-tempat yang masih terlihat sama seperti dulu, meski kondisinya tak sebagus dulu. Aku melihat warung sate favoritku yang dulu selalu kujajal setiap sore, tapi sekarang sudah ditutup. Aku melihat taman kecil di depan rumahku, di mana dulu aku dan teman-temanku sering bermain bola, kini telah berubah menjadi sebuah pusat perbelanjaan.

Namun, walaupun banyak yang telah berubah, takdir mempertemukan aku dengan seseorang yang selalu ada di hatiku. Seseorang yang selalu kusimpan di dalam hati, meski jarak memisahkan kita selama sepuluh tahun. Kami berjumpa lagi di pasar, tempat di mana kami pertama kali bertemu. Wajahnya masih sama seperti dulu, hanya matanya yang sekarang sudah terlihat lebih dewasa.

Setelah sepuluh tahun, aku kembali ke kotaku yang secantik ini dan merasakan kehangatan yang tak pernah terlupakan. Walau banyak perubahan yang terjadi, tetapi aku tetap merasa bahwa desaku ini adalah tempat yang paling nyaman di dunia. Dan meski aku telah merantau selama sepuluh tahun, aku masih merasa betah dan merindukan rumah ini.

Aku dan teman lamaku berbincang-bincang tentang masa lalu, tentang kenangan-kenangan yang masih begitu kuat di hati kami. Kami saling bertanya kabar dan cerita tentang kehidupan kami selama ini. Aku merasa senang karena meski telah berpisah selama sepuluh tahun, kami masih memiliki banyak kesamaan dalam pikiran dan pandangan.

Sementara itu, di rumah, orang tua dan keluarga masih berkumpul dan berbincang-bincang. Suara mereka mengalun merdu, dan aku merasa nyaman di antara mereka. Aku ingat kata-kata nenek dulu, bahwa rumah bukan hanya sebuah bangunan, tapi rumah adalah tempat di mana keluarga berkumpul, menghabiskan waktu bersama-sama, dan saling mendukung.

Pulang kampung setelah sepuluh tahun di perantauan membuatku menyadari bahwa meski banyak hal yang berubah, tetapi ada hal-hal yang tak pernah berubah. Keluarga, teman, dan kenangan-kenangan yang terukir di hati selalu ada di sana, meski waktu terus berjalan. Aku berjanji untuk sering-sering pulang kampung dan menghabiskan waktu bersama keluarga, menikmati keindahan kotaku yang secantik ini, dan menciptakan kenangan-kenangan baru.(*)

Dapatkan berita terbaru di Sebaran.com