Sebaran, Sidrap – Berita terbaru menyoroti meningkatnya faktor risiko HIV/AIDS di Kabupaten Sidrap. Proses penularan penyakit ini dapat terjadi melalui cairan kelamin dan darah, dan faktor risiko yang terkait dengan kedua hal tersebut menjadi penyebab utama penyebaran HIV/AIDS.

Beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan adalah berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan kondom, berhubungan seksual melalui dubur atau anus tanpa perlindungan, serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril.

Dalam sebuah wawancara dengan Dr. Ishak Kenre SKM, MKes, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Sidrap, Sabtu, 3 Juni 2023 ia menyampaikan kerisauannya terkait situasi HIV/AIDS di Sidrap saat ini

Menurutnya, Kabupaten Sidrap saat ini menghadapi situasi yang mengkhawatirkan terkait faktor risiko HIV/AIDS. Dr. Ishak menjelaskan bahwa faktor risiko nomor satu dan dua yang telah disebutkan sebelumnya, yakni berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan kondom, dan berhubungan seksual melalui dubur atau anus tanpa perlindungan, telah terjadi di Sidrap.

Selanjutnya, Dr. Ishak juga memberikan informasi bahwa terdapat 128 orang pasien yang menjalani terapi Antiretroviral (ARV) di Sidrap. Data ini mencakup periode dari April 2021 hingga April 2023, dengan rincian 31 kasus HIV pada 2021, 36 kasus HIV pada 2022, dan 16 kasus HIV pada bulan April 2023.

Meningkatnya jumlah kasus HIV yang tercatat menunjukkan pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Sidrap. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan perlu mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif, seperti meningkatkan kesadaran masyarakat akan faktor risiko HIV/AIDS, mengedukasi tentang praktik seks yang aman, dan memastikan ketersediaan jarum suntik steril.

Pencegahan juga melibatkan upaya pengawasan dan penanganan yang efektif terhadap kasus-kasus HIV yang sudah terdeteksi. Dengan melakukan langkah-langkah ini, diharapkan dapat menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS di Sidrap dan melindungi kesehatan masyarakat setempat.

Kondisi ini juga menjadi panggilan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk penyediaan terapi ARV yang memadai dan layanan konseling bagi penderita HIV/AIDS.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat, langkah-langkah yang komprehensif dapat diambil untuk mengatasi faktor risiko HIV/AIDS dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat Sidrap.

Adapun kesimpulan yang disampaikan Dr Ishak di akhir wawancara bahwa tingginya kasus HIV di Sidrap saat ini, salah satunya disebabkan oleh perilaku seks bebas.

Selain itu, hal tersebut karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penyakit menular seksual.

Mengingat dari tahun ke tahun kasus HIV meningkat, maka Dr Ishak menyarankan agar masyarakat jangan menunggu esok untuk berbuat, kolaborasi untuk pencegahan serta penguatan ketahanan keluarga sudah perlu ditingkatkan mulai dari sekarang.

Diakuinya, data HIV-AIDS tiap tahunnya di Sidrap memang meningkat dan sangat memprihatikan, tetapi Sidrap, sebutnya juga, salah satu kabupaten yang memiliki dukungan dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit tingkat testing yang cukup tinggi

“Kesyukuran kita karena disitu, dan perlu saya tegaskan kembali, Sidrap ini tidak pernah berhenti melawan situasi itu melalui tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan secara massif juga,” akunya. (*)

Dapatkan berita terbaru di Sebaran.com