Makassar, Sebaran.com — Awan gelap di langit Makassar tak mengurangi semangat yang berkobar di dalam Unhas Hotel and Convention. Pada Rabu pagi (9/10), sebanyak 16 dosen dari ITKES Muhammadiyah Sidrap tampil percaya diri sebagai peserta aktif dalam 1st International Conference on Health Policy and Public Health (ICHP-PH) 2024. Mereka bukan sekadar hadir, melainkan membawa gagasan-gagasan segar untuk menjawab tantangan kesehatan global.

Para akademisi dan praktisi kesehatan dari seluruh dunia berkumpul di sini, merajut benang merah untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan. Tema besar yang diangkat, “Developing Resilient and Sustainable Health Systems,” menjadi landasan diskusi, dan dari Sidrap, 16 dosen ini membawa solusi lokal yang menggugah.

Dr. Ishak Kenre, SKM., M.Kes membuka sesi dengan topik yang menyinggung tentang hipertensi di komunitas pedesaan Lancirang. Penelitiannya menyoroti bagaimana tekanan darah tinggi mengintai di balik keseharian yang tenang. “Di desa, masalah sering tak terlihat, tapi itu bukan berarti mereka tak ada,” katanya. Hipertensi, katanya, adalah ancaman yang mengintip di balik senyum warganya.

Sementara itu, Dr. Muh Tahir Saenong, SKM., M.Kes membawakan kajian tentang peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas Lawawoi. Perspektifnya sederhana tapi mendalam, “Layanan kesehatan itu bukan soal gedung, tapi soal mendengarkan suara masyarakat,” ujarnya tenang. Ia menggambarkan Puskesmas sebagai cermin kebutuhan dan harapan masyarakat Watang Pulu.

Keluarga, dalam diskusi ini, menjadi salah satu pilar penting. Sulkifli Nurdin, S.Kep., Ners., M.MKes membawakan riset tentang peran keluarga dalam menjaga kesehatan lansia di wilayah Lawawoi. Ia menekankan bahwa keluarga adalah akar dari semua layanan kesehatan. “Lansia butuh cinta, bukan hanya obat,” ungkapnya. Sentuhan keluarga, katanya, adalah obat paling ampuh.

Di bidang kesehatan ibu dan anak, nama-nama seperti Bd. Rosmawaty, S.ST., M.Kes., M.Keb dan Bd. Asmah Sukarta, S.ST., M.Kes., M.Keb muncul dengan riset mereka yang relevan. Rosmawaty membahas pengaruh pijat bayi pada durasi menyusui, sementara Asmah meneliti faktor kekurangan energi kronis pada ibu hamil. “Ibu hamil adalah pahlawan pertama bagi bayinya,” ucap Asmah, menggarisbawahi pentingnya perawatan selama kehamilan.

Di era digital, pelayanan kesehatan juga harus beradaptasi. Ns. Zainab, S.Kep., M.Kep meneliti pengaruh sistem pendaftaran online terhadap kepuasan pasien di RSUD Nene Mallomo. Di sisi lain, Bd. Nur Laela, S.ST., M.Keb membahas pola konsumsi wanita usia subur yang berdampak pada kekurangan energi kronis.

Untuk topik kesehatan remaja, Ns. Asnuddin, S.Kep., M.Kes menghadirkan solusi alamiah dengan risetnya tentang efektivitas air kelapa muda dan rebusan serai dalam mengurangi nyeri haid. Ia membuktikan bahwa solusi tradisional masih relevan di era modern.

Di bidang lain, RONI, S.Pd.I., M.Pd mengangkat hubungan pengetahuan dengan pencegahan komplikasi pada penderita diabetes, sementara Arsad, S.T.KG., M.Kes menyoroti kebiasaan konsumsi makanan manis dan kesehatan gigi pada siswa sekolah dasar. Pesan yang kuat dari Arsad: “Anak-anak harus diajari menjaga kesehatannya sejak dini, sebelum giginya berbicara lebih dulu.”

Budaya dan agama juga muncul dalam konferensi ini. Bd. Fitriani, S.ST., M.Kes membawa diskusi pada pendidikan prenatal dalam perspektif Islam dan budaya Bugis. Sedangkan Ns. Meriem Meisyaroh, S.Kep., M.Kes membahas sikap remaja tentang periode prakonsepsi.

Penutup acara diwarnai dengan presentasi Bd. St. Nurbaya, S.Tr.Keb., M.Keb yang menyoroti hubungan sejarah ASI eksklusif dengan perkembangan bayi usia 6-12 bulan di Sinjai.

Bd. Nurjanna, S.ST.,M.Keb mengusung “Analysis of the suitability of giving MP-ASI to Children aged 6-24 months in Pangkajene health centre Sidenreng Rappang district 2024“.

Terakhir, Ibrahim Muchtar membahas kepuasan pasien terhadap layanan di Puskesmas Lawawoi.

“Konferensi ini adalah panggung bagi kami,” ujar Dr. Ishak Kenre. “Kami belajar dari dunia, dan dunia belajar dari kami.” Di tengah segala tantangan, dosen-dosen ITKES Sidrap membuktikan bahwa riset lokal punya suara di pentas global. Langkah mereka kecil, tapi dampaknya bisa menggema di mana-mana. Sebuah pelajaran bahwa perubahan besar dimulai dari gagasan sederhana.(*)

Dapatkan berita terbaru di Sebaran.com