Ilustrasi
Sebaran.com, Makassar — Warga Sulsel di kota Makassar sedang mengalami pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN. Pemadaman ini bisa berlangsung hingga lima sampai enam jam. Ini disebabkan oleh PLTU Jeneponto yang mengalami masalah dan perawatan. Oleh karena itu, pemerintah provinsi Sulsel mendorong PLN untuk merevisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RPUTL) untuk mengakomodasi penambahan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang diminati oleh investor.
Andi Eka Prasetya, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel, mengatakan bahwa mereka mendorong EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sulsel. PLTS terapung akan dibangun di Danau Sidenreng, Kabupaten Sidrap dengan kapasitas 150 MW dan PLTB akan dibangun di lepas pantai di Kabupaten Jeneponto dengan kapasitas 300 MW.
Dalam hal menjaga pasokan listrik di Sulsel, pihak PLN juga diharapkan dapat memaksimalkan excess power dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PT Vale Indonesia Tbk, yang saat ini hanya memberikan penjualan energi listrik baru 4,5 MW yang masuk ke sistem untuk menunjang mengatasi defisit daya listrik.
Menurut Kadis ESDM Sulsel, kondisi listrik saat ini sangat berdampak pada kehidupan masyarakat dan iklim investasi di Sulsel. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian serius.
Pemadaman listrik yang terjadi saat ini disebabkan oleh PLTU di Jeneponto yang mengalami masalah dan perawatan. Ahmad Amirul Syarif, Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sulselrabar, membenarkan hal tersebut. Saat ini, estimasi pemadaman listrik di Makassar bertambah menjadi lima jam.
PT PLN (Persero) berusaha memberikan pelayanan terbaik dengan menjaga pasokan listrik secara kontinyu di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel). Namun, DMP kondisi Normal sistem Sulawesi Bagian Selatan hanya mencapai 2.300 MW dengan kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 850 MW. Beban puncak malam hari berada di kisaran 1.800 MW, atau tersedia Reserve Margin 21,7 persen yang sebenarnya cukup ideal sebelum terganggu akibat fenomena El Nino.
Perusahaan menjelaskan bahwa musim kering berkepanjangan telah berdampak pada berkurangnya debit air, yang menyebabkan kemampuan PLTA turun sekitar 75 persen dari 850 MW menjadi 200 MW. Guna menanggung beban keterbatasan daya tersebut, selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menanggung beban yang cukup tinggi, sehingga jatuh tempo untuk dilakukan pemeliharaan.
PLN saat ini sedang berupaya sebaik mungkin untuk melakukan pemeliharaan di PLTU agar sesegera mungkin dapat kembali beroperasi maksimal guna menopang kondisi kelistrikan sistem Sulbagsel. Sistem Kelistrikan Sulbagsel terhubung mulai dari Sulawesi Selatan daratan, Sulawesi Barat, Palu, Poso (Sulawesi Tengah), dan Sulawesi Tenggara daratan.
Pemadaman bergilir listrik yang dialami oleh warga Sulsel di Makassar berdampak pada kehidupan sehari-hari di kota tersebut. Hal ini berdampak pada fungsi perkantoran, pendidikan, hingga ekonomi warga. Dalam jangka panjang, pemadaman listrik dapat berdampak pada iklim investasi di Sulsel, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pihak terkait. Oleh karena itu, revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RPUTL) untuk mengakomodir penambahan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) perlu dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik di Sulsel.(*)
Tinggalkan Balasan